Evaluasi Pengembangan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah remaja mengenai penyalahgunaan narkoba juga semakin hari semakin memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik tentang penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik mengalami peningkatan yang sangat tinggi.
Kondisi tersebut menggambarkan cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul di antara remaja. Mengingat hal tersebut, timbullah suatu ide untuk mengembangkan model pusat informasi, dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik/konselor sebaya. Model semacam ini merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat dan telah dikembangkan oleh Direktorat Remaja dengan tujuan menumbuhkan/membangkitkan kesadaran/peran serta individu di tengah masyarakat/kelompok untuk berperan sebagai teman sebaya (peer) bagi anggota kelompok yang membutuhkan.
Meskipun telah dibentuk dan telah dilakukan penyeleksian dan pelatihan untuk peer tersebut,
namun apakah model tersebut dapat berjalan efektif dengan kemampuan yang telah dimiliki oleh Pendidik Sebaya (PS), dan Konselor Sebaya (KS) melalui Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi, dan memberikan solusi kepada teman sebayanya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi?.
Berdasarkan fakta-fakta dan latar belakang yang dipaparkan diatas, telah dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk menggali efektifitas model tersebut dengan mengevaluasi kemampuan PS dan KS dalam menyampaikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada remaja teman sebayanya, sehingga pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Para Pendidik Sebaya (PS) yang telah dilatih melakukan beberapa tugas, yaitu: melakukan pelatihan, pendidikan dan pendampingan kepada sejumlah remaja, dan orang tua secara intensif sesuai dengan materi yang telah diterima dalam pelatihan.
Mereka juga telah melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada remaja yang berada pada lingkungan sekolah dan kelompok masyarakat, dan melakukan penyuluhan kepada orang tua melalui berbagai kelompok yang ada di dalam masyarakat seperti PKK, pengajian, kelompok arisan.
Di samping itu Pendidik Sebaya diharapkan juga melakukan sosialisasi program KRR kepada tokoh masyarakat dan instansi terkait yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dari instansi terkait terhadap permasalahan KRR maupun sebagai wahana untuk sosialisasi "keberadaan mereka" di tengah masyarakat. Di antara PS yang telah terlatih tersebut,
dipilih beberapa orang yang dilatih sebagai Konselor Sebaya (KS). Dalam pelatihan KS ini diberikan pendalaman materi KRR, dan tehnik KIP Konseling.
Setelah pelatihan, para KS ini melakukan penyuluhan secara massal antara lain kepada: siswa sekolah, tokoh masyarakat (Toma), aparat pemerintah, santri pondok pesantren, dan lainnya.
Untuk mengetahui efektivitas dari pengembangan model tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian evaluasi terhadap berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama ini. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Model Pusat Informasi dan Konsultasi sebagai bentuk pelayanan program KRR yang terintegrasi melalui kemampuan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dalam merubah pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
kesehatan reproduksi.
Secara khusus peneletian tersebut bertujuan mengevaluasi karakteristik PS dan KS yang dapat mendukung kemampuan PS dan KS, Penguasaan materi KRR dan metode Komunikasi Interpersonal (KIP) PS dan KS, Jejaring kerja (networking system) yang telah dikembangkan oleh PS dan KS, Pengelolan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja yang telah dilaksanakan, Kelangsungan pengelolaan PS dan KS, Pemanfaatan PS dan KS oleh "stakeholders", seperti: Toma, instansi/ institusi lain, pemda, pesantren?, Masalah dan kendala yang dijumpai dalam pengelolaan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja, melalui Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.
Kesehatan reproduksi haruslah terus dikembangkan mengingat pentingnya hal ini, agar para remaja dapat memahami dan menjaga kesehatan mereka dan lingkungannya sehingga kasus-kasus penyakit berbahaya seksual seperti AIDS dan penyakit seksual lainnya dapat dihindari.
Pusat informasi kesehatan reproduksi juga diperlukan untuk mendukung pelayanan akan kebutuhan pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi bagi para remaja. Kesemua ini tentunya dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat demi terciptanya lingkungan kesehatan masyarakat yang prima.
(KRR) Melalui Pendidik Sebaya (PS) dan Konselor Sebaya (KS) Informasi kesehatan reproduksi kepada remaja dirasakan sangat penting, mengingat banyaknya kasus tentang kesehatan reproduksi di antara remaja. Hal ini dapat ditunjukkan dari tingginya kasus AIDS padakelompok umur remaja yang mencapai 240 kasus (menurut laporan DepartemanKesehatan pada September 2001). Disamping itu, banyaknya kasus pergaulan bebasdi antara remaja yang menyebabkan timbulnya hamil di luar nikah.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi-UI, dengan BKKBN tentang Baseline Survey Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia, banyak remaja yang telah mendiskusikan masalah hubungan seksual termasuk hubungan seksual premarital status dengan teman sebaya. Sebagai tambahan, remaja atau pemuda di Indonesia saat ini mulai cenderung memilih pasangannya sendiri daripada dipilihkan oleh orang tua mereka. Lebih dari 40 persen remaja (15-24 tahun) mengatakan bahwa AIDS adalah penyakit yang berbahaya, namun pengetahuan mengenai proses penyakit tersebut, dan faktor risikonya sangat rendah. Masalah remaja mengenai penyalahgunaan narkoba juga semakin hari semakin memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik tentang penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik mengalami peningkatan yang sangat tinggi.
Kondisi tersebut menggambarkan cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul di antara remaja. Mengingat hal tersebut, timbullah suatu ide untuk mengembangkan model pusat informasi, dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik/konselor sebaya. Model semacam ini merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat dan telah dikembangkan oleh Direktorat Remaja dengan tujuan menumbuhkan/membangkitkan kesadaran/peran serta individu di tengah masyarakat/kelompok untuk berperan sebagai teman sebaya (peer) bagi anggota kelompok yang membutuhkan.
Meskipun telah dibentuk dan telah dilakukan penyeleksian dan pelatihan untuk peer tersebut,
namun apakah model tersebut dapat berjalan efektif dengan kemampuan yang telah dimiliki oleh Pendidik Sebaya (PS), dan Konselor Sebaya (KS) melalui Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi, dan memberikan solusi kepada teman sebayanya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi?.
Berdasarkan fakta-fakta dan latar belakang yang dipaparkan diatas, telah dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk menggali efektifitas model tersebut dengan mengevaluasi kemampuan PS dan KS dalam menyampaikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada remaja teman sebayanya, sehingga pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi.
Para Pendidik Sebaya (PS) yang telah dilatih melakukan beberapa tugas, yaitu: melakukan pelatihan, pendidikan dan pendampingan kepada sejumlah remaja, dan orang tua secara intensif sesuai dengan materi yang telah diterima dalam pelatihan.
Mereka juga telah melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada remaja yang berada pada lingkungan sekolah dan kelompok masyarakat, dan melakukan penyuluhan kepada orang tua melalui berbagai kelompok yang ada di dalam masyarakat seperti PKK, pengajian, kelompok arisan.
Di samping itu Pendidik Sebaya diharapkan juga melakukan sosialisasi program KRR kepada tokoh masyarakat dan instansi terkait yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dari instansi terkait terhadap permasalahan KRR maupun sebagai wahana untuk sosialisasi "keberadaan mereka" di tengah masyarakat. Di antara PS yang telah terlatih tersebut,
dipilih beberapa orang yang dilatih sebagai Konselor Sebaya (KS). Dalam pelatihan KS ini diberikan pendalaman materi KRR, dan tehnik KIP Konseling.
Setelah pelatihan, para KS ini melakukan penyuluhan secara massal antara lain kepada: siswa sekolah, tokoh masyarakat (Toma), aparat pemerintah, santri pondok pesantren, dan lainnya.
Untuk mengetahui efektivitas dari pengembangan model tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian evaluasi terhadap berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama ini. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Model Pusat Informasi dan Konsultasi sebagai bentuk pelayanan program KRR yang terintegrasi melalui kemampuan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dalam merubah pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang
kesehatan reproduksi.
Secara khusus peneletian tersebut bertujuan mengevaluasi karakteristik PS dan KS yang dapat mendukung kemampuan PS dan KS, Penguasaan materi KRR dan metode Komunikasi Interpersonal (KIP) PS dan KS, Jejaring kerja (networking system) yang telah dikembangkan oleh PS dan KS, Pengelolan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja yang telah dilaksanakan, Kelangsungan pengelolaan PS dan KS, Pemanfaatan PS dan KS oleh "stakeholders", seperti: Toma, instansi/ institusi lain, pemda, pesantren?, Masalah dan kendala yang dijumpai dalam pengelolaan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja, melalui Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.
Kesehatan reproduksi haruslah terus dikembangkan mengingat pentingnya hal ini, agar para remaja dapat memahami dan menjaga kesehatan mereka dan lingkungannya sehingga kasus-kasus penyakit berbahaya seksual seperti AIDS dan penyakit seksual lainnya dapat dihindari.
Pusat informasi kesehatan reproduksi juga diperlukan untuk mendukung pelayanan akan kebutuhan pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi bagi para remaja. Kesemua ini tentunya dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat demi terciptanya lingkungan kesehatan masyarakat yang prima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar